“aku menyayangimu, namun aku belum yakin akan
perasaanku sendiri. Entah ini perasaan sayang sebagai teman atau lebih dari
teman. Maaf, aku tidak tahu harus berkata apa padamu. Aku harap kau tak
membenciku”
Dia
berlalu.
Bersama
senja yang mulai menyambut, aku masih terdiam disana menatap punggungnya yang
perlahan menghilang dari pandanganku.
*
Setahun
berlalu, kini ia berdiri di hadapanku. Saat pertama kali aku melihatnya
beberapa menit yang lalu, ingatanku refleks membawaku kembali pada kejadian
setahun yang lalu. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sendiri, menepuk kedua
pipiku tak percaya. Tapi dia benar-benar di sini, Song Kyuwon ada disini, dia
kembali.
*
“apa
kabar? Apa kau baik-baik saja?” katanya sembari mengibaskan tangannya perlahan
di depan wajahku, seolah-olah ingin membuyarkan lamunanku.
“ah...
ne. Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan oppa?” tanyaku sambil menatapnya. Dia
benar-benar tidak berubah, masih sama seperti dulu. Masih dengan kacamata
berbingkai hitam tipis yang menggantung di hidungnya, masih dengan jaket ciri
khasnya, dan tentu saja masih dengan senyumnya yang menawan. Ah, lagi-lagi aku
seperti ini.
“aku
baik-baik saja,” katanya sambil menatap langit yang mulai berwarna kemerahan,
pertanda senja tiba. “apa kau mau
berjalan bersamaku sampai di rumah?” katanya kemudian.
“ne
oppa,” jawabku singkat sambil mengikuti langkahnya perlahan. Aku masih tak
habis pikir dengan kehadirannya yang tiba-tiba ini. “bagaimana kuliahmu?”
tanyanya tiba-tiba dan lagi-lagi membuyarkan lamunanku. “ah..ng... baik-baik
saja,” jawabku gamang, kemudian terdiam cukup lama hingga ia kembali membuka
suara. “apa ada yang kau pikirkan? Sejak tadi aku perhatikan kau terus saja
diam seperti itu,” katanya sambil memperhatikan wajahku dan meletakkan telapak
tangannya ke keningku, “apa kau sakit,” katanya.
Aku
terkejut, hampir saja kaleng softdrink yang kupegang sedari tadi melayang dari
tanganku. Tangan kiriku yang bebas ku genggam rapat-rapat, aku merasa begitu
gugup, perasaan yang sama seperti setahun yang lalu. “a..aaa..aniyo oppa, I’m
fine,” kataku dengan sedikit tergagap. Dia memandangku dengan tatapan heran dan
sedikit tak percaya, “aku akan membawamu pulang dengan segera! Bagaimana bisa
kau berkata kau baik-baik saja sedangkan wajahmu seperti zombie?,” katanya
sambil mengambil ransel dari punggungku dan menarikku pergi.
“ah...tunggu
oppa, jangan cepat-cepat,” kataku sambil melepaskan pegangan tangannya. Aku
segera merebut tasku darinya, dan mulai mengacak-acak isinya. Sejak tadi aku
mendengar handphone ku berbunyi nyaring. “ah..ketemu!” sorakku.
Aku
membuka flap handphoneku dengan segera setelah melihat nama siapa yg tertera di
layar handphoneku. “yoboseyo, ah aku sedang dalam perjalanan pulang. Aniyo, aku
baik-baik saja. Ne..,” jawabku pada setiap pertanyaan yang diajukannya padaku.
Aku menatap handphoneku lebih lama sesaat setelah telepon terputus.
“siapa?”
tanya kyuwon oppa, “aah...aniyoo, hanya teman,” jawabku dengan sedikit ragu.
“ayo
pergi!” katanya sambil kembali menggandeng tanganku.
Aku
hanya bisa mengikuti langkahnya nyaris tanpa semangat, aku memikirkan apa yang
baru saja aku lakukan. Berbohong, dan aku merasa bersalah padanya.
“mianhe
soo ji-a” gumamku perlahan